Kamis, 19 Mei 2016

Wisata Gua Gunung Kongbeng Kalimantan Timur

GOA GUNUNG KONGBENG





 A. Selayang Pandang
Gunung Kongbeng adalah sebuah gunung batu karst yang terletak di Desa Sri Pantun, Kecamatan Kongbeng. Gunung ini dikelilingi oleh hutan gambut, semak belukar, pepohonan, dan perkebunan kelapa sawit. Di gunung ini juga terdapat sebuah gua yang dikenal dengan nama Gua Gunung Kongbeng. Gua yang memiliki ruang cukup luas ini merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Kutai Hindu atau Kerajaan Kutai. Dulu, gua ini pernah digunakan oleh Raja Mulawarman sebagai tempat pemujaan. Di dalam gua terdapat sejumlah patung batu atau arca peninggalan sejarah yang perkirakan berasal dari masa Pemerintahan Raja Mulawarman pada abad ke-4 Masehi.
Asal usul nama gua atau gunung ini dapat diketahui melalui sebuah legenda yang cukup terkenal di kalangan masyarakat setempat. Menurut cerita, Kongbeng pada zaman dulu merupakan nama sebuah rumah judi atau tempat berkumpul orang-orang kaya untuk minum-minum. Rumah judi tersebut adalah milik seorang nenek sehingga ia pun akrab disapa oleh warga dengan panggilan Kongbeng (nenek). Untuk mengenang legenda tersebut, warga setempat kemudian mengabadikan nama nenek itu untuk nama daerah (Kecamatan Kongbeng), nama gunung (Gunung Kombeng), dan nama gua (Gua Kombeng).
Hingga saat ini, Gua Kongbeng menjadi salah satu obyek wisata sejarah favorit di daerah Kutai Timur. Setiap akhir pekan maupun hari libur nasional, gua ini selalu dipadati pengunjung untuk menyaksikan keunikan-keunikan gua serta situs-situs peninggalan sejarah dari masa Kerajaan Kutai. Pengunjung yang sering memadati gua ini tidak hanya warga Kongbeng dan Kutai Timur saja, melainkan juga berasal dari luar daerah.
Melihat potensi tersebut, Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudparpora) Kutai Timur berupaya mengembangkan obyek wisata sejarah ini menjadi lebih baik. Menurut rencana, obyek wisata ini akan dikemas menjadi obyek wisata sejarah dan budaya dengan menghidupkan kembali upacara-upacara adat yang dulu sering dilakukan oleh masyarakat di daerah tersebut. Selain itu, Disbudparporaakan bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kutai Timur untuk memperbaiki jalan menuju ke lokasi Gua Kongbeng yang selama ini sebagian masih berupa tanah.
B. Keistimewaan
Keistimewaan Gua Kongbeng sudah dapat Anda temukan sejak dalam perjalanan menuju ke lokasi gua ini yang menyuguhkan pemandangan alam berhawa sejuk. Setiba di lokasi, Anda akan menyaksikan pemandangan gunung batu (Gunung Kongbeng) yang menjulang tinggi dan dikelilingi oleh pepohonan yang hijau. Anda juga akan menemukan sebuah altar berukuran 3 x 3 meter tepat di depan mulut gua dan sebuah sumur tua dengan air yang cukup jernih di bagian sisi kiri mulut gua.
Secara sepintas, Gua Gunung Kongbeng tampak menyeramkan karena memiliki bentangan yang cukup besar. Namun di balik itu, gua ini menyimpan beragam pemandangan yang mempesona. Saat masuk ke dalam gua, Anda akan menyaksikan pemandangan batangan-batangan batu kapur yang menempel di langit-langit gua dengan ujung meruncing (stalaktit) dan susunan batu kapur berbentuk kerucut yang berdiri tegak di lantai gua (stalagmit). Selain itu, Anda juga dapat menyaksikan beberapa arca Hindu yang diduga merupakan peninggalan Raja Mulawarman dari Kerajaan Kutai.
Pemandangan yang tak kalah menariknya untuk disaksikan di Gua Kongbeng adalah keanekaragaman lumut yang menempel di dinding-dinding gua. Lumut-lumut tersebut terdiri dari berbagai jenis spesies dengan karakternya masing-masing. Salah satu karakter yang paling mencolok terlihat pada keanekaragaman warna, mulai dari warna hijau, abu-abu, putih, coklat, hingga hitam. Pemandangan seperti ini jarang ditemukan pada gua-gua di tempat lain yang mampu menampilkan berbagai jenis lumut.
C. Lokasi
Gua Gunung Kongbeng terletak di Desa Sri Pantun, Kecamatan Kongbeng, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
D. Akses
Kota Sangatta, Ibukota Kabupaten Kutai Timur dapat ditempuh dari Kota Samarinda melalui jalur darat dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun empat dengan waktu tempuh sekitar 2 - 3 jam. Dari Kota Sangatta, perjalanan dilanjutkan menuju ke Kecamatan Muara Wahau, kemudian berlanjut ke lokasi Gua Kongbeng melalui jalur sungai dengan menggunakan kapal kecil dengan waktu tempuh sekitar 6 jam.
(sumber: http://ansorrahmathidayat.blogspot.co.id/2013/04/situs-goa-gunung-kombeng-muara.html)

Erau Kalimantan Timur

Erau, Pesta Budaya Tertua di Indonesia

"Erau" merupakan bahasa Kutai yang berarti ramai, hilir mudik, bergembira, dan berpesta ria.

Erau, Pesta Budaya Tertua di IndonesiaUpacara Beluluh Sultan H. Aji Muhammad Salehuddin II. Prosesi Beluluh merupakan ritual yang dilakukan para dewa dan belian terhadap sultan di Kutai. (Yunaidi/National Geographic Traveler)
Kota Tenggarong dalam minggu ini akan bergempita merayakan Festival Budaya Erau Kutai Kartanegara, salah satu pesta budaya tertua di Indonesia. Pesta budaya yang merupakan tradisi Kerajaan Kutai Kartanegara sejak abad ke-13 ini digelar oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur dan CIOFF Indonesia, mulai 30 Juni - 7 Juli 2013.
Pada Minggu pagi (30/6) Erau International Folklore and Art Festival dibuka secara resmi oleh Bupati Rita Widyasari di Stadion Rondong Demang. Pesta budaya Erau, selain dimeriahkan oleh Tim Kesenian dari tujuh Kabupaten wilayah adat Kasultanan Kutai dan sanggar seni budaya di Kutai Kartanegara, juga disemarakkan oleh duta-duta kesenian dari sembilan negara anggota CIOFF.
"Erau" merupakan bahasa Kutai yang berarti ramai, hilir mudik, bergembira, dan berpesta ria. Perayaan ini pertama kali dilaksanakan ketika putra tunggal petinggi negeri Jahitan Layar, Aji Batara Agung Dewa Sakti, berusia lima tahun.
Sebagai tanda bahwa si anak tadi diperbolehkan bermain-main keluar rumah, maka diadakan upacara "tijak tanah" dan "mendi ke tepian". Seluruh masyarakat negeri itu pun bergembira dan berpesta dalam aneka hidangan dan hiburan selama 40 hari 40 malam. Kelak anak kecil itu pada awal abad ke-14 menjadi Raja Kutai Kartanegara. Sejak saat itu ritual tersebut selalu digelar saat upacara pengukuhan raja-raja baru.
kutai,museum mulawarman,beluluh,erau,tenggarongWarga memadati Museum Mulawarman tempat diadakannya prosesi Beluluh. Beluluh merupakan salah satu prosesi yang ada dalam upacara adat Erau di Tenggarong, Kutai Kartanegara.
Sore seusai azan Ashar, halaman depan Kedaton Kasultanan Kutai Kartanegara yang bergaya art-deco, ramai dikunjungi warga yang menantikan Upacara Beluluh. Tradisi masa lampau ini dilaksanakan di teras bangunan kedaton yang kini menjadi Museum Mulawarman.
Tujuan upacara, supaya Sultan bersih dari unsur-unsur jahat. Prosesi ini dilakukan oleh Dewa dan Belian (shaman istana). Para Dewa itu merupakan perempuan-perempuan berbusana serba kuning, sementara para Belian merupakan para lelaki dengan hiasan membentuk segitiga di kepalanya, hiasan rambut hingga sepinggang, dan bertelanjang dada.
Mereka meluluhkan unsur jahat dengan menggunakan buluh bambu. Upacara Beluluh merupakan dilaksanakan setiap sore selama pagelaran budaya Erau.
Pada malam harinya, para Belian dan Dewa menari bergantian mengelilingi rumbai-rumbai daun kelapa kering yang digantung pada sebuah bangunan kayu tak berdinding di halaman Kedaton. Mereka memohon dan meminta izin kepada roh leluhur supaya selama pelaksanaan Erau masyarakat  mendapatkan berkah dan selamat. Upacara ini akan dilaksanakan pada tiga malam berturut-turut. 
Sementara di tangga masuk Kedaton tampak para prajurit berbusana hitam dengan membawa tombak berdiri bersiaga untuk pelaksanaan Upacara Bapelas. Beberapa keluarga Sultan telah bersiap menyambut tamu di teras. Di depan pintu masuk ruangan utama kedaton telah duduk berjajar para perempuan yang bertugas sebagai Pangkon.
Masing-masing membawa tanaman dapur: melati, jahe, kunyit, kencur, jahe, lengkuas, dan sereh. Umumnya mereka masih ada hubungan darah dengan Sultan.
belian,benyawan,kutaiPara belian mengitari Benyawan pada ritual Merangin dalam Festival Budaya Erau Kutai Kartanegara yang dimulai 30 Juni - 7 Juli 2013. (Yunaidi/NGT)
Malam itu disajikan tarian-tarian yang tidak hanya dipentaskan oleh bagian keluarga besar kasultanan, tetapi juga salah satu perwakilan negara CIOFF.
Mereka berlenggak-lenggok membawakan tarian Ganjur untuk menghibur Sultan. Selain tari hiburan, para Dewa dan Belian pun melakukan tarian sakral, seperti tarian Dewa Memanah, tari Kanjar Bini dan tari Kanjar Laki.
Mereka menari untuk memuja sukma dan raga Sultan supaya selalu diberi kekuatan untuk memimpin negeri. Mantra-mantar pun menguar ke seisi ruangan utama kedaton.
Duaar!!! Duaar!!! Duaar!!! Sebagian yang hadir sontak terkejut di malam nan melarut. Puncak upacara ditandai dengan luncuran kembang api aneka warna di halaman kedaton, lalu Dewa dan Belian menuruni tangga keluar menuju ke Sungai Mahakam mengambil air suci.
Seorang ibu dari keluarga kasultanan yang bertugas sebagai pangkon berkata kepada saya, "Mereka ke sungai ambil Air Tuli." 
(Mahandis Y.Thamrin)
(sumber: http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/07/erau-pesta-budaya-tertua-di-indonesia)

Tari hudoq Kalimantan Timur

Tari Hudoq dari Kalimantan Timur
Apakah Tari Hudoq itu? Yuk kita cari tahu di sini.
Tari Hudoq adalah tarian tradisional Kalimantan timur yang menggunakan topeng sebagai perwujudan dari  binatang, leluhur dan dewa. Tarian ini biasanya di tampilkan pada saat pembukaan lahan pertanian atau setelah menanam padi di ladang. Menurut kepercayaan masyarakat khususnya masyarakat Dayak, tarian ini merupakan ritual permohonan kepada Tuhan agar hasil pertanian mereka di berikan hasil yang melimpah ruah.

Nama Tari Hudoq di ambil dari kata hudoq yang berarti menjelma. Maka dalam tarian ini penari menggunakan topeng sebagai perwujudan dari hewan atau hama yang di anggap merusak tanaman seperti, tikus, gagak, monyet, babi dan lain lainya. Selain itu ada ada juga topeng yang melambangkan burung elang yang di anggap sebagai pelindung serta memelihara hasil panen masyarakat Dayak dan ada juga topeng manusia yang di lambangkan sebagai para leluhur atau nenek moyang mereka.
Gambar: bentuk topeng tari hudoq
Dalam pertunjukannya penari tidak hanya menggunakan topeng saja. Penari juga menggunakan baju yang terbuat dari kulit pohon yang di hiasi rumbai berwarna hijau yang terbuat dari daun pisang atau atau daun kelapa. Baju ini menyimbolkan dedaunan yang di harapkan terus menghijau agar tanaman yang mereka tanam tumbuh subur seperti yang di harapkan. Topeng yang mereka gunakan adalah topeng yang terbuat dari kayu dengan ukiran dan bentuk yang berbeda – beda sesuai dengan perwujudan yang ingin di tampilkan. Tidak ketinggalan, penutup kepala yang di hiasi dengan bulu burung enggang yang telah menjadi ciri khas dan memiliki arti khusus bagi masyarakat suku Dayak.

Gerakan yang di tampilkan dalam tarian ini adalah perpaduan gerakan tangan dan kaki. Dengan badan tegak penari menggerakkan badan ke kanan dan ke kiri di setiap langkahnya. Tangan di ayunkan ke atas dan kebawah sambil menepuk paha. Gerakan kaki berjalan dengan di angkat dan menghentak ke tanah sehingga menimbulkan suara hentakan. Gerakan pada kepala hanya mengangguk, bila bagian mulut pada topeng tersebut dapat di gerakan maka topeng tersebut terlihat seperti berbicara.
Gambar : Gerakan tari hudoq
Dalam tarian ini penari bergerak dalam lingkaran barisan. Penari bergerak dari satu sudut kesudut lain sampai ke empat sudut tersentuh. Kemudian penari duduk bersila dengan berbaris memanjang sambil memanggil roh. Pada saat pemanggilan roh, roh tersebut mulai merasuki mereka seperti kesurupan. kemudian para penari kembali menari seperti semula dan setelah itu duduk kembali. Setelah itu, roh yang merasuki mereka tadi akan keluar dari tubuh mereka dan meninggalkannya.

Dalam pertunjukan tari hodoq memang terlihat bernuansa mistis. Dalam pelaksanaan ritual tersebut pawang atau pemimpin upacara memulai dengan pembancaan mantra dengan sesaji yang sudah di persiapkan. Saat para penari duduk berbaris pawang pun menaburkan beras kuning di kepala para penari tersebut sebagai tanda di mulainya acara setelah itu para penari pun menari seperti gerakan tadi dengan iringan musik tradisional suku Dayak. Saat roh merasuki tubuh penari, pawang menyampaikan pesan kepada roh tersebut dengan mengucapkan mantra. Maksud dari mantra tersebut adalah untuk meminta  agar roh tersebut menjaga tanaman mereka dan melindungi penduduk desa. Setelah pesan tersampaikan, pawang meminta roh tersebut kembali ke asal mereka. dalam pertunjukan ini bisa berlangsung selama satu jam bahkan sehari.

Gambar : tari hudoq

Tarian hudoq merupakan salah satu tradisi suku Dayak yang terlihat kental akan nuansa mistis. Namun pertunjukan Tari Hudoq ini bisa jadi sarana hiburan bagi masyarakat di saat perayaan menanam padi atau acara adat mereka. Seiring perkembangan, tarian ini tidak hanya di tampilkan dalam upacara adat saja. Namun juga di tampilkan dalam berbagai perayaan budaya masyarakat Kalimantan timur, sebagai hiburan dengan berbagai modifikasi dan kreativitas dalam pertunjukannya.

(sumber: http://www.negerikuindonesia.com/2015/03/tari-hudoq-kalimantan-timur.html)